Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Angina pektoris bagian 1

Data penelitian Framingham di Amerika Serikat yang didapat pada tahun 1950 dan 1960 menunjukkan bahwa dari empat pria yang mengalami angina pektoris, satu orang akan mengalami infark miokard dalam waktu 5 tahun. Sedangkan wanita resikonya setengah dari itu. Penelitian menunjukkan pula bahwa penderita yang simtomatis prognosisnya lebih buruk dibandingkan dengan yang tanpa simtom. Data saat ini menunjukkan bahwa bila penderita asimtomatis atau dengan simtom ringan, kematian tahunan pada penderita dengan lesi pada satu atau dua pembuluh darah koroner adalah 1,5% dan kira-kira 6% untuk lesi pada tiga pembuluh darah koroner. Kalau pada golongan terakhir ini kemampuan latihan penderita baik, kematian tahunan adalah 4 % dan bila ini tidak baik maka kematian tahunannya kira-kira 9 %, karena itu penderita harus dipertimbangkan untuk revaskularisasi. Data dari Coronary Artey Surgery Study (CASS) telah menunjukkan hubungan antara jumlah pembuluh darah yang terlibat, banyak stenosis di pembuluh darah koroner bagian proksismal, serta kemunduran kemampuan fungsi ventrikel kiri sebagai tanda prognosis kesehatan seseorang yang tidak baik.
Survey Kesehatan Rumah Tangga Nasional melaporkan angka kematian angka kematian di daerah perkotaan dan di pedesaan untuk penyakit jantung koroner masing-masing 53,5 dan 24,6 per 100.000 penduduk. Ini relatif rendah dibandingkan negara maju. Penderita angina pectoris dapat dibagi dalam beberapa subset klinik. Penderita dengan angina pectoris stabil, pola dadanya dapat dicetuskan kembali pleh suatu kegiatandan oleh faktor-faktor pencetus tertentu, dalam 30 hari terakhir tidak ada perubahan frekuensi, lama dan faktor-faktor pencetusnya (sakit dada tidak lebih lama dari 15 menit). Pada angina pektoris tak stabil, umumnya terjadi perubahan pola : meningkatnya frekuensi, parahnya atau lama sakitnya dan factor pencetusnya. Subset ketiga adalah angina Prinzmetal (variant) yang terjadi karena spasme arteri koronaria. Sebagai gambaran, negara tetangga kita Singapura mempunyai angka kematian untuk penyakit jantung koroner sebanyak 215 per 100.000 penduduk pada tahun 1984. (Rilantono, 2000)

Posting Komentar untuk "Angina pektoris bagian 1"